Rapel In The News

Aplikasi Ini Ubah Sampah Warga Yogyakarta Jadi Rupiah

Jun 16, 2020 | In The News | 0 comments

Source : https://www.gatra.com/detail/news/422020/technology/aplikasi-ini-ubah-sampah-warga-yogyakarta-jadi-rupiah

Sleman, Gatra.com – Warga Yogyakarta kini tak perlu repot-repot lagi mengelola sampah rumah tangganya. Dengan memakai aplikasi Rapel, sampah anorganik terpilah bisa dijual secara lebih praktis dan efisien.

Aplikasi Rapel hadir di kota gudeg April lalu dari sekelompok warga yang peduli masalah sampah. Salah satu penggagasnya, Sekti Mulatsih, mengatakan, ide aplikasi ini tercetus pada 2015.

Saat itu, salah satu instansi pemerintah di Daerah Istimewa Yogyakarta mensurvei masyarakat mengenai Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang pengelolaan sampah.

Survei itu untuk mengetahui sejauh mana perda tersebut efektif diterapkan di masyarakat. Survei menggali informasi tentang pemilahan sampah anorganik seperti kertas, plastik, dan kaca.

“Hasilnya cukup unik. Koresponden berumur 50 sampai 60 tahun itu sebenarnya sudah tahu aturan perda itu dan telah memilah sampahnya,” kata Sekti saat ditemui Gatra.com di kantornya di Kelurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman, Jumat (14/6).

Namun rupanya sampah terpilah itu kembali bercampur setelah dibeli oleh pengepul sampah dengan sistem borongan. “Dari temuan survei itu, kami kemudian berpikir membuat aplikasi ini,” katanya.

Aplikasi Rapel pun disusun hingga diluncurkan pada Akhir April lalu. Saat ini pengguna Rapel tak kurang 700 orang, sedangkan kolektornya 10 orang. “Seharinya rata-rata bertambah 10 orang user,” ujarnya.

Penggagas lain Rapel, Yudho Indardjo, mengatakan, aplikasi ini baru bisa dinikmati oleh warga Kota Yogyakarta. Sebab kolektor sampah masih minim untuk melayani user.

Yudho menjelaskan, warga bisa mengunduh Rapel di Playstore melalui ponsel berbasis Android. Pengguna kemudian memilih mendaftar sebagai user atau kolektor.

User itu yang ingin menjual sampah rumah tangganya. Sedangkan kolektor itu yang membeli sampah,” ucapnya.

Layanan untuk user dan kolektor di aplikasi ini berbeda. Sebagai penjual, user mengunggah foto sampah yang akan dijual. User lalu memilih kategori sampah juga perkiraan berat dan harga sampah tersebut.

“Harga sampah sudah tertera di aplikasi, tinggal memilihnya. Misal botol mineral, antara Rp700 sampai Rp1.700. Harga ini terus di-update sesuai pasaran. Kami dapat estimasi harga ini dari bank sampah di Yogyakarta,” bebernya.

Setelah foto sampah itu diunggah ke aplikasi, kolektor akan melihatnya. Ketika kolektor atau pengepul itu tertarik, ia akan menghubungi user tersebut.

Keduanya lantas berkomunikasi untuk mencapai kesepakatan harga sampah. Setelah itu, kolektor mendatangi rumah user untuk membayar dan mengambil sampah itu.

Menurut Yudho, keuntungan memakai aplikasi ini adalah harga sampah telah dinilai secara rinci per kategori. Selain itu, pengelola aplikasi memberikan bonus bagi user dan kolektor yang mendapat nilai bagus. “Antara user dan kolektor itu saling menilai,” ucapnya.

Bonus bukan hanya dalam bentuk uang, melainkan juga kesempatan memperoleh ponsel. Bonus diperoleh setelah kolektor mendapat beberapa kali penilaian bagus dari user.